Sabtu, 19 Mei 2012

Produk Unggulan Bima

Tembe Nggoli

Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima, dibuat dari benang kapas (katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan.
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain:
* Hangat
* Halus dan lembut
* Tidak mudah kusut
* Warna cemerlang lebih lama

Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif. Ada yang 'biasa' (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.

Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai 'bawahan', bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang disebut "rimpu". Rimpu adalah cara wanita Bima menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja. Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut "rimpu mpida".

Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. Bagi kaum pria, sarung dipakai seperti layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut/pinggang, yang disebut "katente". Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak terlepas), yang disebut "sanggentu". Selain itu perbedaan juga terletak pada posisi "bali" (yaitu bagian sarung yang diberi warna/motif berbeda, biasanya ditaruh pada bagian belakang ketika dipakai). Bagi kaum pria, 'bali' diletakkan agak ke kanan, sedangkan bagi kaum wanita 'bali' diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak 'bali' ini menunjukkan tingkat pengetahuan pemakai sarung, atau menunjukkan ketelitiannya dalam berpakaian.

Masyarakat Bima juga menggunakan sarung sebagai selimut ketika tidur. Masyarakat yang tradisional bahkan tidak pernah atau tidak suka menggunakan selimut yang biasa, tetapi lebih nyaman menggunakan sarungnya yang hangat.

Kini, sarung Bima atau Tembe Nggoli banyak dijadikan koleksi atau oleh-oleh khas dari Bima.

Sumber : data base kab.bima, www.bimacenter.com



Mutiara Alam Bima

Mutiara bukan hanya suatu keindahan yang selalu diimpikan oleh setiap wanita, akan tetapi juga merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang perlu ditingkatkan produksinya. Karena hampir seluruh produksinya ditujukan untuk diekspor keluar negeri. Saat ini para pembeli mutiara Indonesia di Jepang telah banyak yang mengetahui bahwa mutiara tersebut berasal dari Indonesia, sehingga akan lebih baik bila membeli secara langsung dari Indonesia. Peningkatan produksi yang dicapai saat ini, dinilai cukup besar. Selama periode 2005-2009 produksi mutiara diharapkan meningkat dari 12 ton pada tahun 2005 menjadi 18 ton pada tahun 2009.

Memang pengembangan usaha budidaya mutiara masih banyak mengalami hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Walaupun saat ini kondisi keamanan dapat dikatakan lebih kondusif, tetapi masih sulit bagi perusahaan budidaya mutiara yang telah hancur untuk bangkit kembali.

Untuk membangkitkan kembali usaha budidaya mutiara sekaligus menciptakan iklim usaha yang kondusif, pada TA 2003 melalui dana dekonsentrasi telah dialokasikan dana untuk penguatan modal bagi kelompok pembudidaya kerang mutiara KUB Bangket Segara Lauq di Kab. Lombok Timur-NTB sebesar Rp 500 juta, berupa pengadaan sarana budidaya dan produksi termasuk benih kerang mutiara. Kegiatan in dilanjutkan lagi pada tahun 2004 dengan dana sebesar Rp. 450 Mutiara juta, dengan penerima bantuan yangsama. Hal ini dilakukan agar dampak pengembangan usaha budidaya mutiara oleh KUB Bangket Segara Lauq dapat dilihat lebih nyata. Sedangkan pembinaan teknisnya dilakukan oleh Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Pantai (BPBPP) Sekotong.

Dilihat dari ukuran kerang mutiara yang dibudidayakan menunjukkan perkembangan yang cukup bagus. Baik yang dilakukan dengan dana penguatan modal TA. 2003 maupun TA 2004. Disamping itu terlihat adanya kemitraan usaha antara pemasok benih dengan KUB. Melalui kegiatan ini diharapkan agar masyarakat yang semula hanya merupakan "Penonton", dapat memiliki usaha sendiri sekaligus mengamankan lokasi tersebut dari penjarahan.

Untuk mengevaluasi keberhasilan sekaligus menginventarisir permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan, serta mempertemukan langsung perusahaan/ UPT pensuplai benih dengan kelompok pembudidaya, pada pertengahan Mei 2005 lalu, di NTB telah diselenggarakan Temu Kemitraan Usaha Budidaya Mutiara, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Ditjen. PK2P Ditjen. Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. NTB, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lombok Timur, Kab. Lombok Barat, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu dan Kab. Bima, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), PT. Bank NTB, BPBPP Sekotong, Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sumbawa Barat, Loka Budidaya Laut Lombok, Perusahaan Budidaya Mutiara di Prov. NTB dan KUB Bangket Segara Lauq.

Seni dan Budaya daerah BIMA

Pacoa Jara (Pacuan Kuda)
Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut “Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima. Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti Hari Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda (Oktober). Pacuan kuda ini dilaksanakan dalam bentuk kejuaraan, bahkan melibatkan juga peserta dari daerah lain, Dompu, Sumbawa, hingga dari Lombok. Yang menarik, hadiah bagi jawara pacuan kuda ini tidak sedikit, sehingga banyak peminatnya. Hadiah pertama antara lain sebuah sepeda motor + sepasang anak sapi + hadiah lainnya. Setiap peserta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,- Jika ternyata kalah dan keluar, peserta yang penasaran bisa mendaftar lagi. Nah, untuk satu periode pacuan, jumlah pendaftar ini bisa mencapai 800 hingga 1000 peserta! Selain di Panda, arena pacuan ada juga di kota Bima dan di Sila
 

Ntumbu (Adu Kepala)

Salah satu budaya bima yang masih bertahan dan terus dikembnangkan adalah adu kepala. Buaya dan sekalugus keseniaan ini berlokasi di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Tradisi yang sudah berumur sama dengan keberadaan daerah bima ini tidak sembarang orang dapat memainkannya. Hal ini karena perlu dipelajari secara serius dan mendalam melalui seorang guru. Sehingga tidak heran, hanya terdiri dari beberapa orang saja yang mampu memerankan tradisi tersebut. Belum lama ini digelar budaya adu kepala di halaman Kantor Bupati Bima dan mendapat prehatian luas dari masyarakat, termasuk turis manca negara.