Tembe Nggoli
Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima, dibuat dari benang
kapas (katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung
tenun tangan.
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain:
* Hangat
* Halus dan lembut
* Tidak mudah kusut
* Warna cemerlang lebih lama
Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan
motif. Ada yang 'biasa' (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang
istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.
Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria
maupun wanita. Wanita Bima memakai sarung sebagai 'bawahan', bahkan
masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang disebut "rimpu". Rimpu
adalah cara wanita Bima menutup aurat bagian atas dengan sarung sehingga
hanya kelihatan mata atau wajahnya saja. Rimpu yang hanya kelihatan
mata disebut "rimpu mpida".
Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. Bagi kaum pria,
sarung dipakai seperti layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu
digulung ketat pada perut/pinggang, yang disebut "katente". Bagi kaum
wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan diselipkan (dijepit
agar tidak terlepas), yang disebut "sanggentu". Selain itu perbedaan
juga terletak pada posisi "bali" (yaitu bagian sarung yang diberi
warna/motif berbeda, biasanya ditaruh pada bagian belakang ketika
dipakai). Bagi kaum pria, 'bali' diletakkan agak ke kanan, sedangkan
bagi kaum wanita 'bali' diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak
'bali' ini menunjukkan tingkat pengetahuan pemakai sarung, atau
menunjukkan ketelitiannya dalam berpakaian.
Masyarakat Bima juga menggunakan sarung sebagai selimut ketika tidur.
Masyarakat yang tradisional bahkan tidak pernah atau tidak suka
menggunakan selimut yang biasa, tetapi lebih nyaman menggunakan
sarungnya yang hangat.
Kini, sarung Bima atau Tembe Nggoli banyak dijadikan koleksi atau oleh-oleh khas dari Bima.
Sumber : data base kab.bima,
www.bimacenter.com
Mutiara Alam Bima
Mutiara bukan hanya suatu keindahan yang selalu diimpikan oleh setiap
wanita, akan tetapi juga merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya
yang perlu ditingkatkan produksinya. Karena hampir seluruh produksinya
ditujukan untuk diekspor keluar negeri. Saat ini para pembeli mutiara
Indonesia di Jepang telah banyak yang mengetahui bahwa mutiara tersebut
berasal dari Indonesia, sehingga akan lebih baik bila membeli secara
langsung dari Indonesia. Peningkatan produksi yang dicapai saat ini,
dinilai cukup besar. Selama periode 2005-2009 produksi mutiara
diharapkan meningkat dari 12 ton pada tahun 2005 menjadi 18 ton pada
tahun 2009.
Memang pengembangan usaha budidaya mutiara masih banyak mengalami
hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Walaupun saat ini
kondisi keamanan dapat dikatakan lebih kondusif, tetapi masih sulit bagi
perusahaan budidaya mutiara yang telah hancur untuk bangkit kembali.
Untuk membangkitkan kembali usaha budidaya mutiara sekaligus menciptakan
iklim usaha yang kondusif, pada TA 2003 melalui dana dekonsentrasi
telah dialokasikan dana untuk penguatan modal bagi kelompok pembudidaya
kerang mutiara KUB Bangket Segara Lauq di Kab. Lombok Timur-NTB sebesar
Rp 500 juta, berupa pengadaan sarana budidaya dan produksi termasuk
benih kerang mutiara. Kegiatan in dilanjutkan lagi pada tahun 2004
dengan dana sebesar Rp. 450 Mutiara juta, dengan penerima bantuan
yangsama. Hal ini dilakukan agar dampak pengembangan usaha budidaya
mutiara oleh KUB Bangket Segara Lauq dapat dilihat lebih nyata.
Sedangkan pembinaan teknisnya dilakukan oleh Balai Pengembangan Budidaya
Perikanan Pantai (BPBPP) Sekotong.
Dilihat dari ukuran kerang mutiara yang dibudidayakan menunjukkan
perkembangan yang cukup bagus. Baik yang dilakukan dengan dana penguatan
modal TA. 2003 maupun TA 2004. Disamping itu terlihat adanya kemitraan
usaha antara pemasok benih dengan KUB. Melalui kegiatan ini diharapkan
agar masyarakat yang semula hanya merupakan "Penonton", dapat memiliki
usaha sendiri sekaligus mengamankan lokasi tersebut dari penjarahan.
Untuk mengevaluasi keberhasilan sekaligus menginventarisir permasalahan
dalam pelaksanaan kemitraan, serta mempertemukan langsung perusahaan/
UPT pensuplai benih dengan kelompok pembudidaya, pada pertengahan Mei
2005 lalu, di NTB telah diselenggarakan Temu Kemitraan Usaha Budidaya
Mutiara, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Ditjen. PK2P Ditjen.
Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. NTB, Dinas
Kelautan dan Perikanan Kab. Lombok Timur, Kab. Lombok Barat, Kab.
Sumbawa, Kab. Dompu dan Kab. Bima, Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), PT. Bank NTB, BPBPP Sekotong, Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Sumbawa Barat, Loka Budidaya Laut Lombok, Perusahaan Budidaya Mutiara di
Prov. NTB dan KUB Bangket Segara Lauq.